Dari Katen ke Dero Wetan

DRAMA YAYASAN HAMBA (PENUTUP) | Ibu Lestari Projosuto akhirnya harus menyerahkan lima bangunan rumah (yang salah satunya terdiri dari dua lantai) dan satu bangunan kantor (dengan ruang pertemuan dan gudang di lantai atas) di atas tanah seluas 3.332 meter persegi di Dukuh Katen, Kelurahan Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, kepada Yayasan Aulia yang juga didirikan oleh Ibu Lestari Projosuto (bersama Sdr. Eddy Hidayat). Ini adalah kisah tragis dunia pelayanan kemanusiaan mengingat Ibu Lestari Projosuto kehilangan tanah dan bangunan kompleks yang didiami anak-anak asuh Yayasan Sahabat Manusia Pembutuh Cinta (Yayasan HaMba), yang sebagian besar dibangun atas dukungan Stichting Lestari, yaitu sebuah yayasan penggalang dana di Beanda yang menggunakan foto wajah Ibu Lestari Projosuto sebagai logo.

Ibu Lestari Projosuto memang senantiasa memilih bersikap substantif dalam karya-karya kemanusiaannya dengan mengutamakan pelayanan daripada mengurus administrasi – yang disebutnya dengan istilah “jangan mengabdi pada kertas”. Kenaifannya terhadap implikasi hukum telah membuatnya kalah. Terlebih Ibu Lestari enggan bersengketa mengenai masalah duniawi. Ia yakin Tuhan akan senantiasa beserta orang-orang yang memiliki itikad baik dan tulus membantunya.

Pada tanggal 23 Oktober 2023, Ketua Yayasan HaMba menandatangani dokumen penyerahan tanah dan bangunan. Yayasan HaMba diberi waktu hanya satu bulan saja untuk meninggalkan lokasi, permintaan perpanjangan satu bulan pun mendapatkan penolakan. “Ketika menandatangani surat penyerahan, saya sambil mikir, akan tinggal dimana anak-anakku?” kata Pak Nyadi, Ketua Yayasan HaMba. Mak Thres (Sri Sugiyati Theresia, Wakil Ketua Yayasan HaMba) dengan tiba-tiba rambutnya mak byur berubah warna menjadi putih.

Semua bergerak mencari rumah pengganti dan mendapatkan sebuah rumah lama yang tidak digunakan dengan beberapa kamar di Dukuh Dero Wetan. Oleh karena dikabari bahwa tanggal 13 November 2023 akan ada tim tukang melakukan renovasi, para ibu pengasuh bersepakat anak-anak harus sudah dipindahkan pada tanggal 12 November 2023 malam, kendati rumah pengganti ini sebetulnya belum dalam kondisi siap untuk menampung 23 anak, 3 ibu asuh dan 2 orang staf. Kamar mandi hanya ada satu, kloset dan pompa air tidak berfungsi.

Sementara barang-barang diangkut belakangan dengan bantuan dari Tim Tagana Dinsos

Sleman, Komunitas Focolare, para frater dari Schola Pios, Keluarga Marjiyo, Pak Yohan (CV Berkah Abadi), Pak Sunyoto, Pak Jiyanto, Mas Agung, Pak Sugiyanto, beberapa orang mahasiswa, Ibu Irene, Komunitas Sego Mubeng Kotabaru, Rotary Club Tamansari dan SOS Children Village. Save the Children membantu pendanaan untuk menyewa dan merenov

asi rumah transisi ini. Dengan penghuni 28 orang perlu menyediakan tambahan empat kamar mandi, agar anak-anak yang semuanya sekolah sejak pagi hari tidak terlambat masuk kelas gara-gara antre mandi.

Dari lima rumah tumplek bleg ke dalam satu rumah sama sekali bukanlah hal yan

g mudah, terutama bagi para ibu asuh. Kepindahan ini membuat para ibu asuh harus pandai-pandai menjaga kewarasan mental. Yang patut disyukuri, menurut asesmen psikologis, anak-anak sebaliknya. Agaknya tidur beramai-ramai bergeluntungan di atas lantai adalah menyenangkan bagi anak-anak. Maklum, hanya sedikit kasur yang bisa dibawa pindah. Sebagian besar barang milik yayasan harus dititipkan di tiga gudang pinjaman tetangga di Katen.

Rumah Transisi Yayasan HaMba di Dero Wetan telah mengajarkan kepada anak-anak, yaitu tentang kenyataan hidup yang bisa berubah sangat drastis, karena pada akhir 2023 donor tetap bulanan Yayasan HaMba sejak 2015 – yaitu SOS Children Village – juga telah selesai. | NUSYA KUSWANTIN.